Minggu, Juli 19, 2015

PA Al-Furqon Sanden Sebagai Stake Holder Tradisi

PA Al-Furqon Sanden Bongoskenti Murtigading Sanden Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, Yayasan di wilayah Kabupaten Bantul barat daya Jogja ini, masih menyimpan banyak potensi ekonomi, sosial, pendidikan, budaya. Aliran sungai yang bersih, dan masih banyak yang belum tergali merupakan potensi yang ada, seni budaya juga banyak ragamnya. Salah satunya adalah tadisi Rasulan.


Kamis Malam (16/07) diadakan Rasulan. Rasulan saat ini masih menjadi agenda tak terlupakan Yayasan Al-Furqon Sanden dan masyarakat Bongoskenti dan sekitarnya. Pengunjung dan masyarakat lokal, bisa menikmati acara rosulan dan menikmati makanan gratis, saat acara berlangsung.

Rasulan adalah salah satu tradisi khas masyarakat Bongoskenti DIY yang disponsori Yayasan Al-Furqon Sanden. Salah satu kearifan lokal yang patut dilestarikan. Tradisi Rasulan juga dikenal dengan bersih dusun atau desa sudah ada sejak zaman dahulu kala. Pada awalnya, Rasulan adalah kegiatan para petani sebagai bentuk perwujudan syukur setelah masa panen tiba. Kemudian, Rasulan bisa dilaksanakan jauh sesudah masa panen atau malah belum selesai panen.

Pada malam Hari Raya Idul Fitri merupakan puncak acara di adakan semacam kirab mengelilingi dusun sambil bertakbir menyebut Nama Tuhan Yang Maha Kuasa.

Masyarakat Yayasan Al-Furqon Sanden dan masyarakat Bongoskenti  memaknai Rasulan sebagai even tradisi Lebaran, di mana seseorang datang ke tempat kerabatnya untuk bersilaturrahmi dan menikmati hindangan spesial yang disediakan oleh tuan rumah. Oleh karena itu, pada esok harinya  pelaksanaan Rasulan ini, setiap keluarga biasanya membuat makanan spesial untuk tamu-tamu mereka yang sekalogus merayakan hari raya Idul Fitri.

Dengan demikian, keberadaan tradisi Rasulan yang disponsori oleh Yayasan Al-Furqon ini menjadi salah satu wadah bagi masyarakat Bongoskenti dan sekitarnya untuk memupuk semangat kekeluargaan dan mempererat tali persaudaraan antarwarga.

Sebagai salah satu bentuk kearifan lokal, ada beberapa nilai positif dari pelaksanaan tradisi Rasulan ini. Yang pertama yaitu adanya kesadaran bahwa rejeki yang di terima merupakan Anugerah dari Yang Maha Kuasa yang patut di syukuri. Ini berkaitan dengan inti dari pelaksanaan Rasulan itu sendiri yaitu sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia yang telah di berikan oleh Sang Pencipta.


Yang kedua yaitu adanya semangat untuk memelihara budaya leluhur yang adiluhung yang dapat mempererat silaturrohmi. Ini merupakan suatu hal yang positif mengingat saat ini kemajuan zaman dan informasi telah dengan cepat mengikis budaya bangsa yang patut kita lestarikan.



Ketiga yaitu sebagai sarana untuk kembali memupuk semangat kekeluargaan antar warga. Dengan adanya tradisi ini masyarakat terus menjaga kebersamaan baik untuk kegiatan pra Rasulan maupun saat pelaksanaan itu sendiri yang tentu saja dapat memupuk kembali semangat kekeluargaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar