PA Al-Furqon Sanden Bongoskenti Murtigading Sanden Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta,
Yayasan di wilayah Kabupaten Bantul barat daya Jogja ini, masih menyimpan
banyak potensi ekonomi, sosial, pendidikan, budaya. Aliran sungai yang bersih,
dan masih banyak yang belum tergali merupakan potensi yang ada, seni budaya
juga banyak ragamnya. Salah satunya adalah tadisi Rasulan.
Kamis Malam (16/07) diadakan Rasulan. Rasulan saat
ini masih menjadi agenda tak terlupakan Yayasan Al-Furqon Sanden dan masyarakat
Bongoskenti dan sekitarnya. Pengunjung dan masyarakat lokal, bisa menikmati
acara rosulan dan menikmati makanan gratis, saat acara berlangsung.
Rasulan adalah
salah satu tradisi khas masyarakat Bongoskenti DIY yang disponsori Yayasan
Al-Furqon Sanden. Salah satu kearifan lokal yang patut dilestarikan. Tradisi
Rasulan juga dikenal dengan bersih dusun atau desa sudah ada sejak zaman dahulu
kala. Pada awalnya, Rasulan adalah kegiatan para petani sebagai bentuk perwujudan
syukur setelah masa panen tiba. Kemudian, Rasulan bisa dilaksanakan jauh
sesudah masa panen atau malah belum selesai panen.
Pada malam Hari Raya Idul Fitri merupakan puncak acara di adakan semacam kirab mengelilingi dusun sambil bertakbir menyebut Nama Tuhan Yang Maha Kuasa.
Masyarakat Yayasan Al-Furqon Sanden dan masyarakat Bongoskenti
memaknai Rasulan sebagai even tradisi
Lebaran, di mana seseorang datang ke tempat kerabatnya untuk bersilaturrahmi
dan menikmati hindangan spesial yang disediakan oleh tuan rumah. Oleh karena
itu, pada esok harinya pelaksanaan
Rasulan ini, setiap keluarga biasanya membuat makanan spesial untuk tamu-tamu
mereka yang sekalogus merayakan hari raya Idul Fitri.
Dengan demikian, keberadaan tradisi Rasulan yang disponsori
oleh Yayasan Al-Furqon ini menjadi salah satu wadah bagi masyarakat Bongoskenti
dan sekitarnya untuk memupuk semangat kekeluargaan dan mempererat tali
persaudaraan antarwarga.
Sebagai salah satu bentuk kearifan lokal, ada beberapa nilai
positif dari pelaksanaan tradisi Rasulan ini. Yang pertama yaitu adanya
kesadaran bahwa rejeki yang di terima merupakan Anugerah dari Yang Maha Kuasa
yang patut di syukuri. Ini berkaitan dengan inti dari pelaksanaan Rasulan itu
sendiri yaitu sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia yang telah di berikan
oleh Sang Pencipta.
Yang kedua yaitu adanya semangat untuk memelihara
budaya leluhur yang adiluhung yang dapat mempererat silaturrohmi. Ini merupakan
suatu hal yang positif mengingat saat ini kemajuan zaman dan informasi telah
dengan cepat mengikis budaya bangsa yang patut kita lestarikan.
Ketiga yaitu sebagai sarana untuk kembali memupuk semangat
kekeluargaan antar warga. Dengan adanya tradisi ini masyarakat terus menjaga
kebersamaan baik untuk kegiatan pra Rasulan maupun saat pelaksanaan itu sendiri
yang tentu saja dapat memupuk kembali semangat
kekeluargaan.